Kereta api pengangkut sampah nuklir itu terhenti. Dicegat sekitar 15 ribu demonstran anti-nuklir. Kereta itu, namanya Castor, datang dari Perancis. Ia hendak menuju Gorleben, di negara bagian Niedersachsen, di utara Jerman. Gorleben adalah tempat buang sampah nuklir atau Atommülllager.
Ramai benar di Gorleben pada Sabtu, 8 November, 2008. Ada orang menari. Ada acara baca buku. Ada orang berdandan seperti badut. Macam-macam. Begitu tulis media massa. Anak-anak melukis pula wajah mereka dengan simbol anti-nuklir. Rasanya seperti ada festival saja.
Petani setempat dan serikat buruh sepertinya tak mau ketinggalan. Petani mengerahkan ratusan traktor untuk memblokir jalan. Pemimpin serikat buruh menyerukan anggotanya ikut serta dalam demonstrasi dan blokade.
Kemudian ada pula orang-orang yang menduduki rel kereta. Dekat perbatasan Perancis-Jerman, bahkan ada yang merantai dan mencor dirinya di rel.
Di kerumunan tampak politikus dari Partai Hijau, Die Gruene. Berselimut dingin November, beberapa anggota DPR partai ini ikut bersama warga duduk di atas rel kereta. Partai Sosial-Demokrat (SPD) dan Partai Kiri (Die Linke) juga memberi sokongan.
Kebijakan lingkungan hidup memang lekat dengan politik. Di negeri Jerman, hanya kelompok konservatif dan neoliberal, seperti Partai Kristen Demokrat (CDU) dan Partai Liberal (FDP), yang mendukung gagasan pembangkit tenaga nuklir. Di Indonesia, CDU diwakili yayasan Konrad Adenauer Stiftung (KAS), sementara FDP oleh Friedrich Naumann Stiftung (FNS).
Sudah tentu, di tengah-tengah demonstrasi dan blokade, hadir pula pak dan bu polisi. Ribuan jumlahnya, tulis juru warta. Mereka hadir lengkap dan berkekuatan penuh.
Suara helikopter meraung-raung di udara. Seperti dalam film saja.