Hampir sekitar tiga bulan saya tidak menulis di blog. Saya pulang ke tanah air guna mengumpulkan data untuk riset doktoral saya. Saya berada di Jakarta dan Manado. Di Jakarta, saya bolak-balik ke Bappenas, Departemen Kehutanan, dan terutama Departemen Keuangan. Sangat menyita waktu. Saya juga bertemu dengan beberapa teman lama dan rekan ekonom yang selama ini sekedar bersua di internet atau blog. Selebihnya, saya habiskan waktu bersama Cyanthi, pacar saya.
Di Manado, pengumpulan data tak menyita waktu sebagaimana saat di Jakarta. Dus, saya jadi punya waktu lebih untuk bertemu sanak keluarga, dan mengunjungi makam orang tua di Airmadidi, ibukota kabupaten Minahasa Utara. Dan dari sedikit sisa waktu yang saya punya saya habiskan bertukar cerita bersama teman-teman petani, pencinta alam, dan pegiat anti-korupsi di Tonsea. Tonsea adalah nama daerah sekaligus sub-etnis yang mendiami utara Minahasa.
Saya sempat jadi moderator dalam diskusi terbuka yang diselenggarakan Komite Rakyat Minahasa Utara (KRMU), organisasi masyarakat yang turut saya bidani lahirnya. Tema diskusi terkait kelayakan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Minahasa Utara. Lantaran menggunakan sistem open dumping (pembuangan terbuka) serta melanggar tata ruang, TPA ini dilawan warga. Di luar itu, saya jadi pembicara dalam diskusi analisa APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) di gedung DPRD Sulawesi Utara, yang diselenggarakan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Manado.
Kota Manado sendiri agaknya telah banyak berubah ketimbang saat terakhir saya berkunjung, dua tahun lalu. Saya menangkap kesan, rasanya setiap orang sibuk dengan diri mereka masing-masing. Aura pemilu pun terasa di mana-mana. Manado juga sedang mempersiapkan diri sebagai tuan rumah World Ocean Conference (WOC). Untuk perhelatan ini tak sedikit sumberdaya daerah yang dimobilisasi pemerintah. Padahal, tak kurang banyak persoalan lain yang juga butuh prioritas. Misalnya lampu jalan Manado-Bitung padam, jalan raya Minahasa Selatan - Bolaang Mongondow sarat lubang, untuk menyebut dua keping contoh.
Ke depan, saya harus menulis lagi.
23 Maret, 2009
Macet ngeblog
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Menangkap ikan di Danau Tondano, Sulawesi Utara (Foto: S Mumbunan).
Baca juga
Salah kaprah "Ekonomi pasar sosial"?
Elite muda Jakarta bikin ikrar. Mereka mengibarkan ekonomi pasar sosial dan sosial-demokrasi. Adakah yang keliru dengan konsep kaum muda itu?
Membongkar korupsi di utara Minahasa
Bupati Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, menuntut warganya sendiri milyaran Rupiah. Mengapa anak-anak muda setempat melawan Bupatinya? Apa kaitannya dengan Kutai Kartanegara, di Kalimantan Timur?
Posting terbaru
.
Komentar
2 komentar:
Ke depan, saya yakin benar, Sonny yang gemar menulis itu malah akan susah berhenti menulis.
Karena menulis bukan keharusan yang membebani, melainkan kegemaran yang mensukacitakan :)
- C -
Posting Komentar