Kartu pos memanjang itu merangkum kota dari atas, dari tempat tinggi. Ada angkasa memeluk hangat hehijauan pohon di kolong langit. Ada pula bangunan-bangunan tua yang berbaris, menyembul di dasar kartu. Aku pilih kartu itu, agar kau sempat tengok kotaku. Kota tempatku belajar, tempatku menggumuli makna air mata. Dengan kartu itu, aku harap, kau bakal membiarkan senyummu lepas meninggalkan dada sesak penuh bangga yang menari-nari.
Di kartu itu, aku tulis, tak mampu balas sejumputpun bantuan yang kau selia bagi kami sekeluarga, bagiku sedari kecil. Di situ, dengan bergetar, aku menulis maaf: tak bisa membesukmu, saat kau letih meregang nafas. Kau menitikkan air mata, cerita mereka yang menemani kau membaca kartu.
Awal tahun depan pasti aku datang menjenguk, membawa minyak wangi titipanmu. Pasti. Akan kulepas selang-selang itu dan luluri minyak sampai sekujur ragamu harum. Akan kudorong tubuh ringkihmu meluncur di atas kursi roda, biarkan mentari pagi menyapa kulitmu yang kering dan mengelam. Berdua lantas kita pergi ke pusat kota, dan, seperti janjimu tempo hari, akan kau tunjukkan padaku penjahit jas terbaik agar aku tampil necis di hari pernikahanku nanti.
Kau tidak menunggu. Di sore yang tenang kemarin, kau pamit ke tempat jauh. Ke tanah tinggi.
2 komentar:
tabea
Ada saat dalam hidup kita harus berhadapan dengan peristiwa eksistensialis. Saat-saat jurang yang terdalam. Seperti yang yang kamu alami dan saya alami juga. Orang terdekat yang sangat kuat mempengaruhi kepribadian kita, pergi tanpa pamit dengan kita bahkan tanpa pertolongan kita.
mari kita kumpul luka-luka jadi bunga
rangkai hati-hati
sambil natap arah matahari
disana masih banyak ruang kosong.
GBU
- GR
...
aq turut bduka cita ya. Aq cuma bisa kasi Sonny ayat ini 1 Kor 10:13
...
- Ningsih
Bisher hat euch nur menschliche Versuchung getroffen. Aber Gott ist treu, der euch nicht versuchen läßt über eure Kraft, sonder macht, dass die versuchung so ein Ende nimmt, das ihr's ertragen könnt.
Posting Komentar