11 Oktober, 2008

Ekonom, McCain dan Obama

Ekonomi adalah tema penting dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat, 2008. Tak kurang penting adalah peran para ekonom. Baik dalam mendongkrak profil para kandidat ataupun dalam memberi daging (kerap pula tulangnya) pada formulasi kebijakan ekonomi sang kandidat. Dalam kubu kedua calon presiden, John McCain dan Barack Obama, bertebaran ekonom-ekonom penting.

Beberapa penerima Nobel Ekonomi menyokong McCain, seperti diberitakan situs kampanye miliknya. Tampak sosok Gary Becker, James Buchanan, Robert Lucas, Robert Mundell, juga Vernon Smith, dalam daftar pendukung. “Garis“ ekonomi McCain tercermin dari pilihan-pilihan kebijakan yang konsisten dengan mekanisme pasar dalam alokasi sumberdaya ekonomi. Peran negara adalah minimal kalau bukan nihil, terkait pengorganisasian masyarakat dan gerak sumberdaya.

Posisi pandangan (ekonomi-) politik para ekonom di kubu McCain adalah konservatif. Menarik, jadinya, melihat nama Vernon Smith bertengger di daftar. Ia pelopor penggunaan eksperimen dalam ekonomi (lazim disebut ekonomi eksperimental), cabang ilmu ekonomi yang – dalam perkembangan lanjut – banyak menyelia bukti empiris keterbatasan pendekatan rasionalitas ekonomi aliran neoklasik.

Sebagai keterangan, hasil riset Vernon Smith relatif berbeda dengan banyak kecenderungan dalam behavioral game theory. Temuan Smith mendukung model rasional, aktor ekonomi yang hanya merujuk diri sendiri (self-interested) saat bikin keputusan, serta pertukaran pasar yang berujung pada keseimbangan harga, tulis ekonom Herbert Gintis dalam jurnal Analyse & Kritik, 2005 (file pdf). Dari riset-riset lebih baru, temuan-temuan Vernon Smith telah dikoreksi, sebagian terbukti tak akurat; asumsi-asumsinya pun telah diperluas.

Sekarang, siapa ekonom pendukung Obama?

Di sana, berjejer pula pemenang Nobel Ekonomi. Ada Joseph Stiglitz di situ, bersama Edmund Phelps, Daniel McFadden dan Robert Solow, demikian tulis sebuah blog pendukung Obama. Pandangan politik para ekonom ini dapat dikelompokkan sebagai progresif, untuk membedakan mereka dengan kelompok ekonom di kubu McCain. (Catatan: pengelompokan ini mengacu pada pengertian di Amerika yang longgar, bukan misalnya di Eropa, yang punya definisi lebih ketat. Di AS, misalnya, seorang Amartya Sen bakal tampak sangat kiri.) Mereka percaya bahwa mekanisme pasar tidak tahu segalanya, punya batas dan tidak menyelesaikan semua soal. Peran negara menjadi absah, kalau bukan dibutuhkan, kapan mekanisme pasar mentok.

Di kubu Obama, saya melihat pula nama ekonom Richard Thaler.

Thaler bukan penerima Nobel (saya berharap, dalam pengumuman yang segera diumumkan beberapa hari ke depan ini di Stockholm, Thaler menjadi salah satu pemenang. Meski, kemungkinan itu kecil sebab bidang behavioral economics yang digeluti Thaler, telah diganjar Nobel Ekonomi tahun 2002.) Thaler merupakan penasehat ekonomi Obama. Kebijakan ekonomi kesehatan dari Obama, kental sentuhan Thaler.

Menggunakan behavioral economics, riset Thaler tentang hakekat perilaku dan keputusan manusia, memberi sumbangan berarti dalam upaya memahami soal-soal terkait kebijakan kesehatan, kredit ataupun jaminan sosial. Wartawan harian The New York Times, David Leonhardt, menyebut behavioral economics sebagai "gerakan akademik berhaluan kiri", yang melancarkan kritik atas ekonomi neoklasik tradisional. Saya suka gagasan-gagasan Thaler. Bersama Cass Sunstein, ia menulis Nudge, yang terbit tahun ini. Buku yang lucu, enteng dibaca, tapi bikin pintar.

Sepertinya angin sedang berada di belakang Obama. Ekonom yang tergabung dalam American Economic Association (AEA), berdasar sebuah survey independen (hasil sementara), condong memilihnya untuk kebijakan-kebijakan ekonomi yang dalam hemat para ekonom lebih baik. Dalam survey itu, melibatkan sekitar 500 ekonom yang mukim di AS (dari sekitar 6.000 ekonom yang sepakat ikut survey), komposisi politik para ekonom adalah demokrat (48 persen), republik (17 persen), sisanya independen (28 persen).

Mirip pula kecenderungan yang muncul dari hasil survey majalah konservatif The Economist. Sampelnya - 140-an ekonom dari sekitar 180 staf - diambil dari para ekonom di National Bureau of Economic Research (NBER). 46 persen yang ikut survey merasa dirinya adalah demokrat, 10 persen republik, sisanya, 44 persen, adalah independen.

Proporsi ekonom di AS yang dekat dengan demokrat lebih besar dalam kedua survey itu. Ekonom "progresif" rupanya lebih banyak.


***

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Son,

Aku suka ngana pe tulisan ini: renyah, gurih tapi tidak kehilangan nilai akademiknya. Persis waktu makan tude bakar, hehehe.

Kalo baca-baca ngana per artikel, kita bangga jadi orang Sulut, krn ada yang serius menggeluti ilmu pengetahuan. Dulu, kita ada harapan pa prof. Lucky Sindakh, mar lama-lama ta iko jo deng gaya "lama," ndak tahan jadi birokrat.

-C

Anonim mengatakan...

Coen,

makaseh so ba pontar pa kita pe blog. Kong da baku riki titip lei komplimen.

-SM

Anonim mengatakan...

bung sony..

hm... apa gak berniat untuk membuat tulisan tentang krisis keuangan di amerika dan pengaruhnya secara global? tentang apa, mengapa, dan ini yang menarik: bagaimana nasib globalisasi binti kapitalisme selanjutnya?

btw..kita pernah ketemu sekali di jakarta tahun jebot banget. pas jaman2nya lmnd.

hey... artikel tentang reflektor surya itu menarik. terutama untuk indonesia yang bermandi matahari.

sukses ya!

Anonim mengatakan...

Halo Susan,

Terima kasih. Iya, reflektor surya itu memang menarik. Di luar potensinya, saya juga tertarik dengan kemungkinan ia dikelola komunitas.

Tentang krisis kapitalisme, barangkali Coen yang lebih pas dan percaya diri membahas itu. Bacaan saya tentang itu sudah tertinggal jauh dan terbelakang :) Saya juga kurang mengikuti detail krisis yang sekarang.

- S

Anonim mengatakan...

Susan,

Karena ini krisis ekonomi, maka yang paling pantas menjelaskan ya ekonom macam Sonny ini. Tuntut teurs dia sampe mau.

Son, gua tuh ekonom amatiran, sementara elo yang profesional. Jang kase tabobale bagitu kua'

-C

Anonim mengatakan...

Hm...
Terserah deh siapa yang mau nulis. Hasil karya berdua juga gap apa-apa..:)
Ttg tenaga surya untuk komunitas, sonny kenal orang/kelompok di indonesia yang tertarik/sudah mengembangkannya gak? (aq agak tertarik)

Anonim mengatakan...

Kalo di Indonesia, aku belum tahu. Tapi, kalo minat, bisa lihat di

http://www.solare-bruecke.org/

Biasanya, mereka akan kirim 1 orang (semacam fasilitator) dan tinggal sekitar 2 bulan di tempat yang kita pilih di Indonesia. Terus, warga setempat belajar bersama bikin reflektor surya itu. Bahan untuk reflektor semuanya lokal.

Sonny












Menangkap ikan di Danau Tondano, Sulawesi Utara (Foto: S Mumbunan).

Baca juga

Salah kaprah "Ekonomi pasar sosial"?

Elite muda Jakarta bikin ikrar. Mereka mengibarkan ekonomi pasar sosial dan sosial-demokrasi. Adakah yang keliru dengan konsep kaum muda itu?

Membongkar korupsi di utara Minahasa

Bupati Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, menuntut warganya sendiri milyaran Rupiah. Mengapa anak-anak muda setempat melawan Bupatinya? Apa kaitannya dengan Kutai Kartanegara, di Kalimantan Timur?


Posting terbaru

.

Komentar