21 Februari, 2008

Selotip Der Die Das

Ini masih tentang kursus bahasa Jerman si Cya. Juga masih soal menghapal artikel penunjuk der, die, das itu.

Dia lagi ketiban ide. “Say, C dapat ide titian keledai”, tulis dia dalam SMSnya, tentang trik menghapal yang baru dia temukan. Dia biasa menyingkat namanya jadi C.

Semua barang di kamar miliknya dia beri label. Persis di toko mebel. Label-label itu ditempel dengan selotip.

Label Der Kugelschreiber untuk pulpen. Das Buch untuk buku. Der Fernseher dia tempel di atas televisi. Dan seterusnya.

Di ujung kegiatan tempel-menempel, saya membayangkan dia berdiri sejenak. Berpikir, menggaruk-garuk kepala. "Mmh, ... label Der Sonny mau ditempel di mana, ya? Di lemari? Atau di daun pintu?".

Tiba-tiba, saya merasa, di jidat saya ada selotip.


***

Baca juga ...

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Saya tidak habis pikir kenapa orang Jerman, khususnya Marthin Luther, membuat tata bahasa Jerman yang begitu rumit. Dibandingkan bahasa Indonesia yang begitu sederhana, adakah kelebihan bangsa yang punya tata bahasa yang rumit?. Seorang teman yang belajar neurolinguistic pernah bercerita kerumitan tata bahasa berpengaruh terhadap struktur otak. Semakin rumit tata bahasa suatu bangsa, maka struktur otaknya makin mampu dan terbiasa menganalis permasalahan rumit. Jangan-jangan ini yang menyebabkan bangsa Indonesia jauh tertinggal?

Yang jelas kerumitan bahasa Jerman ini membuat mengurungkan saya belajar di Jerman walau sudah 1 tahun pulang pergi ke Goethe Institute. :-)

dendi

Anonim mengatakan...

hehehe... thanks informasinya. Mungkin ini membantu menjelaskan kenapa orang Jerman terbiasa dengan yang rumit-rumit. Mungkin juga ini salah satu faktor yang menyebabkan bangsa ini lebih maju relatif atas kita - tetapi mungkin bukan satu-satunya faktor.

Martin Luther membantu "memberi dasar" bagi bahasa Jerman modern, yang kemudian diajarkan Goethe Insitut itu...hehehe. Btw, hari ini, saya baru saja mengantar teman ke tempat Luther menulis 95 thesis nya yang terkenal, di Wittenberg.

Di Belgia, mungkin lebih unik lagi ya ... soalnya, banyak dan rame banget bahasanya. Macem-macem.

- S












Menangkap ikan di Danau Tondano, Sulawesi Utara (Foto: S Mumbunan).

Baca juga

Salah kaprah "Ekonomi pasar sosial"?

Elite muda Jakarta bikin ikrar. Mereka mengibarkan ekonomi pasar sosial dan sosial-demokrasi. Adakah yang keliru dengan konsep kaum muda itu?

Membongkar korupsi di utara Minahasa

Bupati Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, menuntut warganya sendiri milyaran Rupiah. Mengapa anak-anak muda setempat melawan Bupatinya? Apa kaitannya dengan Kutai Kartanegara, di Kalimantan Timur?


Posting terbaru

.

Komentar